Kematian
Dalam Suku Jawa Barat / Sunda
Ketika
salah satu masyarakat suku Jawa meninggal, ritual adat istiadat pun tak lepas
mengiringi. Ritual ini dimaksudkan agar orang nan meninggal dapat mendapatkan
loka nan baik di akhirat. Sebelum mayat dibawa ke pekuburan, ada ritual
spesifik nan dilakukan oleh seluruh anggota keluarga dari si mayat. Ritual nan
biasa dilakukan ialah brobosan , yaitu melintas di bawah mayat nan sudah
ditandu dengan cara berjongkok.
Ritual adat istiadat pun belum selesai
hingga di situ. Ritual nan menyertai kematian ini juga disebut dengan
istilah slametan. Slametan ini dilakukan selama tujuh hari berturut-turut dan
dilakukan di malam hari. Pada setiap malam dibuat aneka jenis makanan nan
nantinya dibagi kepada orang-oarng nan datang. Bentuk acaranya dikenal dengan
istilah tahlilan, karena di loka itu ada pembacaan ayat-ayat Al-Quran dan juga
bacaan tahlil. Ritual ini juga memiliki tujuan buat mendoakan si mayat nan
telah meninggal.
Slametan
ini tak hanya dilakukan sampai tujuh hari ini saja tapi masih banyak slametan
nan menyertai kematian dari seorang suku jawa. Ada slametan empat puluh hari nan dilakukan
empat puluh hari setelah hari kematian. Dan juga slametan seratus hari yaitu
nan dilakukan seratus hari setelah kematian. Setiap tahun pun juga masih
dilakukan buat mengenang orang nan telah meninggal. Setahun pertama setelah
meninggal, biasanya, pihak keluarga nan ditinggalkan akan mengadakan selamatan
pendak siji, tahun kedua disebut dengan pendak loro, hingga pendak telu atau
selamatan nan dilakukan di tahun ketiga.
Semua
slametan dilakukan oleh pihak keluarga dengan membuat aneka jenis makanan nan
nantinya dibagikan kepada tetangga terdekat atau saudara-saudar dari orang nan
telah meninggal tersebut. Hanya saja dalam melakukan aneka slametan ini
membutuhkan biaya nan tak sedikit. Mungkin bagi sebagian orang nan memiliki
harta nan berlebih, melakukan aneka slametan ini bukanlah menjadi sebuah
masalah.
Justru
slametan dilaksanakan dengan sangat meriah, sama halnya dengan acara pernikahan.
Dibuat aneka jenis makanan dalam jumlah nan banyak buat bisa dinikmati oleh
banyak orang pula. Namun bagi sebagian orang nan tidak memiliki banyak harta,
kadang buat melakukan aneka slametan ini bukanlah hal nan mudah dan murah buat
dilakukan.
Namun
sebab mereka memahami bahwa ini ialah keharusan nan memang harus dilakukan
bagaimana pun keadaan ekonomi dari keluarga nan ditinggalkan, maka ada sebagian
dari keluarga nan justru berhutang buat bisa melaksanakan acara slametan ini.
Adat Upacara Kematian Suku Jawa Barat
A. Kematian
Mendhak
Tradisi
Mendhak adalah salah satu ritual dalam adat istiadat kematian budaya Jawa.
Upacara tradisional Mendhak dilaksanakan secara individu atau berkelompok untuk
memperingati kematian seseorang. Peralatan dan perlengkapan yang diperlukan
untuk upacara tradisional Mendhak adalah sebagai berikut: tumpeng, sega uduk,
side dishes, kolak, ketan, dan apem. Kadang-kadang, sebelum atau sesudah
upacara Mendhak dilaksanakan, sanak keluarga dapat mengunjungi makam saudara
mereka.
Upacara
tradisional ini dilaksanakan tiga kali dalam seribu hari setelah hari kematian:
pertama disebut Mendhak Pisan, upacara untuk memperingati satu tahun kematian
(365 hari); kedua disebut Mendhak Pindho sebagai upacara peringatan dua tahun
kematian; ketiga disebut sebagai Mendhak Telu atau Pungkasan atau Nyewu Dina,
yang dilaksanakan pada hari ke seribu setelah kematian.
Menurut
kepercayaan Jawa, setelah satu tahun kematian, arwah dari saudara yang
diperingati kematiannya tersebut telah memasuki dunia abadi untuk selamanya.
Menurut kepercayaan juga, untuk memasuki dunia abadi tersebut, arwah harus
melalui jalan yang sangat panjang; oleh karena itu penting sekali diadakannya
beberapa upacara untuk menemani perjalanan sang arwah.
B. Kematian
surtanah
Tradisi kematian dalam adat Jawa salah
sataunya adalah Upacara Surtanah yang bertujuan agar arwah atau roh orang mati
mendapat tempat yang layak di sisi Sang Maujud Agung.
Perlengkapan upacara: – Golongan bangsawan:
tumpeng asahan lengkap dengan lauk, sayur adem (tidak pedas), pecel dengan
sayatan daging ayam goreng/panggang, sambal docang dengan kedelai yang dikupas,
jangan menir, krupuk, rempeyek, tumpeng ukur-ukuran, nasi gurih, nasi golong,
dan pisang raja.
-Golongan
rakyat biasa: tumpeng dengan lauknya, nasi golong, ingkung dan panggang ayam,
nasi asahan, tumpeng pungkur, tumpeng langgeng, pisang sajen, kembang setaman,
kinang, bako enak dan uang bedah bumi. Upacara ini diadakan setelah mengubur
jenazah yang dihadiri oleh keluarga, tetangga dekat, dan pemuka agama.
C. Upacara Nyewu Dina
Inti dari upacara ini memohon pengampunan
kepada Tuhan. Perlengkapan upacara: – Golongan bangsawan: takir pentang yang
berisi lauk, nasi asahan, ketan kolak, apem, bunga telon ditempatkan distoples
dan diberi air, memotong kambing, dara/merpati, bebek/itik, dan pelepasan
burung merpati. – Golongan rakyat biasa: nasi ambengan, nasi gurih, ketan
kolak, apem, ingkung ayam, nasi golong dan bunga yang dimasukan dalam lodong
serta kemenyan. Upacara tersebut diadakan setelah maghrib dan diikuti oleh
keluarga, ulama, tetangga dan relasi.
D. Upacara Brobosan
Salah satu upacara tradisional dalam adat
istiadat kematian jawa adalah upacara Brobosan. Upacara Brobosan ini bertujuan
untuk menunjukkan penghormatan dari sanak keluarga kepada orang tua dan leluhur
mereka yang telah meninggal dunia. Upacara Brobosan diselenggarakan di halaman
rumah orang yang meninggal, sebelum dimakamkan, dan dipimpin oleh anggota
keluarga yang paling tua.
Tradisi Brobosan
dilangsungkan secara berurutan sebagai berikut: 1) peti mati dibawa keluar
menuju ke halaman rumah dan dijunjung tinggi ke atas setelah upacara doa
kematian selesai, 2) anak laki-laki tertua, anak perempuan, cucu laki-laki dan
cucu perempuan, berjalan berurutan melewati peti mati yang berada di atas
mereka (mrobos) selama tiga kali dan searah jarum jam, 3) urutan selalu diawali
dari anak laki-laki tertua dan keluarga inti berada di urutan pertama; anak
yang lebih muda beserta keluarganya mengikuti di belakang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah yang baik
Tidak ada unsur SARA, Pornografi, Ejekan,dsb
Salam Blogger...!!