Sebelum teknologi digital muncul dalam pembuatan sinema, sinema harus
dibuat dengan pita seluloid yang
harganya amat mahal. Pita seluloid 35 mm satu rollnya berharga empat juta
dan hanya mampu merekam sepanjang empat menit. Berarti untuk membuat sinema
berdurasi 100 menit dibutuhkan dana sekitar 25 juta rupiah. Itu hanya untuk
merekam gambar dan belum untuk mengedit dan memperbanyak gambar. Pada sinema
seluloid, sinema harus melalui proses printing dan blow up yang bisa
menghabiskan dana minimal 233 juta rupiah. Sedangkan biaya untuk membuat kopi
sinema adalah 10 juta rupiah. Padahal untuk diputar di bioskop di seluruh Indonesia ,
sebuah sinema minimal harus memiliki 25 kopi. Artinya produser harus
menyediakan dana 250 juta rupiah.
Gambaran umum tentang Digital Cinema |
Dengan menggunakan teknologi digital, biaya pembuatan sinema menjadi amat murah. Sinema digital dapat dibuat dengan menggunakan kamera Betacam SP yang kasetnya berharga 110 ribu rupiah dengan kemampuan merekam hingga 30 menit. Sinema digital juga bisa dibuat dengan Digital Video atau Digital Beta yang lebih murah lagi. Dengan biaya 400 ribu rupiah, digital video mampu merekam gambar hingga 180 menit. Dibandingkan dengan sinema seluloid, pembuatan sinema dengan teknologi digital bisa menekan biaya hingga 500 juta rupiah. Karena sinema digital tidak perlu melalui proses printing atau blow up. Dengan menggunakan sinema digital, hanya diperlukan biaya untuk proses encoding sebesar 5 juta rupiah. Oleh karena itu, bagi para produser, sinema digital merupakan teknologi yang sangat murah. Teknologi ini dapat dijadikan alternatif untuk para pembuat film yang ingin berkarya dengan biaya seminim mungkin.
Penggunaan teknologi
Digital Cinema didalam suatu perfilman mulai banyak digunakan seiring dengan
berjalannya waktu karna digital cinema digunakan untuk membuat efek - efek pada
sebuah film menjadi kenyataan begitupula dengan film film yang diluar nalar
manusia ( seperti interaksi manusia dengan spesies lain, manusia dengan robot,
dsb). Digital Cinema mempunyai berbagai jenis seperti 2D yang menggunakan layar
datar dengan tampilan yang sederhana, kemudian seiring berjalannya waktu,
muncul 3D dengan peningkatan kualitas dan adanya penggunaan kacamata 3D yang
membuat isi film seolah - olah keluar dari layar.
Perkembangan animasi 3D
pun memunculkan animasi 4D dengan penambahan fitur dan efek yang lebih nyata
dan hanya ada pada bioskop - bioskop tertentu saja. Implikasi digital cinema di
dalam masyarakat cukup memuaskan, antusias masyarakat yang ingin menyaksikan
secara langsung film tersebut pun membuat beberapa promotor film berlomba lomba
untuk membuat film dengan efek yang menarik.
Beberapa dampak yang
diberikan oleh digital cinema diantaranya :
Dampak Positif dari
Digital Cinema :
- Digital Cinema cukup diterima dikalangan
masyarakat dan menjadi populer karna masyarakat tertarik untuk melihat
tayangan yang lain daripada biasanya.
- Penggunaan digital cinema dalam suatu industri
film dapat memangkas pembuatan biaya film sehingga menjadi lebih murah
namun tetap mengutamakan kualiatas film tersebut.
- Digital Cinema dapat diapliaksikan oleh siapa
saja, sehingga orang awam pun dapat membuat animasi yang mereka inginkan
dengan menggunakan software yang tersedia sehingga menambah ilmu
pengetahuan.
- Menciptakan banyak lapangan pekerjaan bagi
mereka yang telah terbiasa menggunakan software digital cinema maupun ahli
dalam merancang suatu design.
Dampak Negatif dari
Digital Cinema:
- Banyak anak kecil yang seharusnya tidak
diperbolehkan untuk menonton film yang tidak sesuai dengan umur mereka
karna pengetahuan yang masih minim.
- Pemborosan yang dapat terjadi jika menonton
film - film yang setiap bulan dirilis pada suatu bioskop.
- Adanya pembajakan terhadap film yang
seharusnya tidak diperbolehkan karna melanggar undang-undang hak cipta.
Referensi :
https://id.wikipedia.org/wiki/Sinema_digital
http://galabambu.blogspot.co.id/2016/11/implikasi-dan-dampak-digital-cinema-di.html